Jumat, 26 November 2010

Dumoga di Mata Manuaba


Dumoga di Mata Manuaba

Ida Bagus Ngurah Manuaba, dari namanya saja akan terlihat bahwa tokoh kita kali ini bukan orang Bolaang Mongondow secara biologis, bahkan ukan orang Sulawesi Utara. Memang beliau berasal dari pulau wisata, Bali.
Tokoh kita ini lahir pada 5 Oktober 1954 di Tabanan, Bali. Dari namanya, Ida Bagus Ngurah, akan terbaca bahwa dia merupakan putra bangsawan. SD dan SMP dia tamatkan di Bali, kemudian dia ke Manado dan meneruskan sekolah di KPAA Negeri Manado. Tamatan Fakultas Hukum Universitas Samratulangi ini baru masuk ke Bolaang Mongondow pada tahun 1990.
Walau jelas dari pulau wisata yang berada jauh diseberang sana namun namanya harum di tanah para Bogani ini, terutama di ibu kota ke-Punu’-an awal, Dumoga. Agak aneh memang mengingat Dumoga cukup beragam sehingga siapa pun yang terterima di sini berarti terterima oleh keberagaman. Dan Pak Ida, demikian masyarakat Dumoga biasa memanggilnya, dapat di terima di tanahnya Mokodoludut ini. Apa resepnya?
“Sebenarnya tidak ada resep khusus. Semua alami saja dengan membaur dalam masyarakat tanpa melihat status sosialnya,” kata beliau dengan logat yang masih beraroma pulau wisata.
Memang suami Rita Mokoagow ini sejak awal jadi abdi Negara telah ditempatkan di Dumoga. Keberadan isterinya jelas cukup mendukung mengingat ibu Rita punya keluarga besar di Dumoga, terutama di Doloduo dan Pusian, serta masih punya hubungan darah dengan anggota DPD RI, Drs. Servius Lomban, dan Ketua Komisi IX DPR RI, Dra. Yasti Soeprodojo Mokoagow. Namun bukan sekadar itu yang membuat Papa Eka mendapat tempat dihati masyarakat Dumoga tapi juga karena kemampuan beliau bergaul dan menyelami kehidupan masyarakat. Kemampuan alaminya ini yang membuat dia bisa diterima dimanapun dia sempat singgah, termasuk Lolayan dimana dia sempat menjadi Sekcam.
Papa Eka, demikian panggilan lain Pak Ida, mengawali karir PNSnya dengan menjadi Polisi Pamong Praja yang kemudian menjadi Mantri di kantor camat Dumoga pada tahun 1992. Pada tahun 1995 dia menjadi Sekcam Lolayan, kemudian diterik ke Pemkab Bolmong. Di Pemkab, dia sempat menjadi PLH Kadis PU Bolmong, namun kemudian dikembalikan ke wilayah dengan menjadi Camat Dumoga Utara.
“Memang menjadi Camat merupakan penurunan eselon karena eselon saya yang tadinya II B kembali menjadi III A. Yang berarti penurunan tunjangan pula,” katanya bergurau dan tertawa. “Tapi itu perintah atasan yang harus saya laksanakan dan saya memang senang karena saya dapat kembali membaur dengan masyarakat,” lanjutnya.
Saat menjadi Camat, identitas Dumoga dia perjelas. Dia membangun tugu petani di pertigaan Mopuya. Tugu yang cukup unik mengingat patung pak taninya memanggil pacul ditangan kiri dan tangan kanannya mengendalikan traktor dan berada di atas altar yang bersegi lima.
“Saya memimpikan petani Dumoga itu menjadi petani modern, sehingga selain memegang cangkul yang merupakan symbol petani, dia juga memegang traktor. Selain itu, petani Dumoga hendaknya selalu mengingat Tuhan karena semua yang kita dapatkan ini merupakan karunia Tuhan. Itu yang saya simbolkan dari landasar yang bersegi lima mengingat keragaman agama di Dumoga,” jelasnya.
Namun Papa Eka tak hanya bergerak dalam symbol, tapi dia melakukan usaha yang ril terkait dengan symbol tersebut. Usahanya ini membuahkan hasil. Penghargaan sebagai Camat Berprestasi Dibidang Pembangunan Pertanian tingkat Bolmong dia dapatkan pada tahun 2008, kemudian Camat Berprestasi Dalam Menunjang Revitalisasi Pertanian, Perikanan dan Kehutanan tingkat Provinsi tahun 2009.
Dumoga memang telah dijadikan sentra padi Sulawesi Utara, bahkan sentra tanaman pangan Sulawesi Utara-Gorontalo. Namun pasar komoditi justru dimiliki daerah lain baik pedagang pengumpul yang masih berpusat di Manado atau Makasar, serta yang jauh lebih besar dimiliki Gorontalo dengan pasar eksportnya.
“Memang ini masalah lain. Agar income petani lebih meningkat dan kita mendapat tambahan PAD yang signifikan disektor pertanian, sebaiknya pasar kita yang mengendalikan atau setidaknya pasar di tempat kita atau kita dapat bekerjasama dalam pemasaran dengan pembagian keuntungan yang jelas mengingat Bolmong pada umumnya dan Dumoga pada khususnya merupakan produsen tanaman pangan. Tapi kita ambil hikmahnya saja dengan terus meningkatkan produksi pertanian sehingga kita benar-benar siap ketika pasar kita ambil alih,” kata tokoh yang sangat ramah ini.
Sebagai pejabat yang sangat merakyat dan mengetahui apa yang diinginkan masyarakat, sebenarnya figure pemimpin seperti apa yang diharapkan masyarakat Dumoga?
“Sebenarnya biasa saja. Masyarakat Dumoga itu sudah sangat beragam sehingga diperlukan pemimpin yang bisa berbaur dengan semua. Disamping itu, pemimpinnya juga harus tegas sehingga bisa menjadikan keberagaman ini sebagai rahmat dan dapat mengeliminir konflik,” pungkasnya. (Anuar Syukur)


Riwayat Hidup

Nama : Ida Bagus Ngurah Manuaba, SH
Tempat/tanggal lahir : Tabanan Bali, 5 Oktober 1954
Agama : Islam

Riwayat Pendidikan
-         SDN 3 Tabanan (1967)
-         SMPN 1 Tabanan (1970)
-         KPPA Negeri Manado (1975)
-         Fakultas Hukum Unsrat Manado (1988)

Pendidikan dan Pelatihan Kepemimpinan
-         SEPADA (Kotamobagu - 1993)
-         ADUMLA (Kotamobagu - 1998)
-         SPAMA LAN (Manado - 2001)
-         SUSPIM (Cimahi 1995)

Riwayat Jabatan
-         Mantri Polisi Pamong Praja kecamatan Dumoga (1992)
-         Sekwilcam Kecamatan Lolayan (1995)
-         Kasi di Dinas Kebersihan Bolaang Mongondow (1999)
-         Kasi di Dispenda Bolaang Mongondow (2000)
-         Kasubdin di Dispenda Bolaang Mongondow (2001)
-         Kabag TU Dinas PU Bolaang Mongondow (2002)
-         PLH Kadis PU Bolaang Mongondow (2003)
-         Camat Dumoga Utara (2005)
-         PLT Kesbang Linmas Bolaang Mongondow (2009)
-         Staf Ahli Bupati Bolaang Mongondow (Oktober 2010-sekarang)

Penghargaan
  1. Camat Berprestasi Bidang Pembangunan Pertanian (Peringkat 1 kabupaten Bolaang Mongondow) tahun 2008
  2. Camat Berprestasi (Peringkat II Dalam menunjang kegiatan Revitalisasi Pertanian, Perikanan dan Kelautan tingkat Provinsi Sulawesi Utara) tahun 2009