GUYON ttg BOLTIM



ABRASI
Aki benar-benar bangga dengan apa yang dia lakukan saat menjual, transaksinya dalam penjualan pasir besi sudah mulai menuai hasil. Setiap bulan dia mendapat amplop dari pengusaha pasir besi. Ini membuat dia mencemooh ketika Inde’ dan Suruang membahas PAD yang minim di Bolmong dan Kota.


“Co bablajar kua’ pa kita. Pa kita ini, sedang blum bahitung PAD asi kita so bastor ka daerah,” kata Aki bangga.


Inde’ dan Suruang hanya diam. Suruang sendiri, di satu sisi membenarkan Aki tapi di sisi lain dia cemas.


Pada malamnya, Inde’ dan Aki sedang dibuai mimpi, tiba-tiba rumah bergoyang. Seperti biasa, Inde’ yang memang sensitive langsung bangun. Dia sudah belajar pada kejadian lalu sehingga dia cukup menyalakan lampu tanpa mengagetkan Aki. Benar, Aki masih lelap.


Namun rumah terus bergoyang, bahkan Inde’ nyaris terpelanting. Tak tahan, dia bangunkan Aki. “Ah, kalu bagini somo pangge bakalae komang,” Aki marah-marah ketika dibangunkan.


Tapi kemarahan Aki tak bisa dilampiaskan karena rumah panggung itu semakin bergoyang kuat. “Kiapa ini? Angin ley?” Aki marah-marah.


“Aki, Inde’, capat kaluar. Rumah ini somo roboh,” teriak Suruang dari tanah.


Mendengar itu, Aki dan Inde’ keluar dari secepatnya. Begitu keluar, rumahpun pelan-pelan roboh.


“Kiapa kong bagini, Uang?” tanya Aki.


“Ini gara-gara abrasi…”


“E, pemar deng dia, pangge kamari biar kita potong-potong di sini. Abrasi ini butul-butul nyanda’ ada ontak,” Aki marah-marah sambil menyepak pasir.**
=========================================================
NGANA PANGGE...

Aki benar-benar marah pada abrasi ketika Suruang bilang rumahnya rusak karena Abrasi. “Sialan Abrasi, kita so tidor di bangunan. Skarang kita pe rumah kase rusak. Cari pa dia, Uang,” perintah Aki.
Suruang terdiam, bingung. Sebenarnya dia ingin tertawa terbahak-bahak namun takut karena nampaknya Aki benar-benar marah. Untung Inde’ termasuk perempuan yang tak hanya hobi menonton sinetron atau telenovela tapi berita juga.
“Aki, Abrasi itu pengikisan pantae. Akhirnya torang pe pante somo jadi laut kong torang pe rumah rusak sampe motamaso di laut,” Inde’ menjelaskan.
“Pemar deng dia, kurang ajar skali. Masa’ torang pe rumah dia mo kase jadi laut. Capat cari pa dia, Uang, kiapa ley ngana cuma badiang?!” bentak Aki rupanya belum mengerti.
Suruang semakin bingung. Dia masih berdiri mematung, menyaksikan bagian belakang rumah yang mulai runtuh.
“Abrasi bukang orang, Aki, bukang ley binatang…”
“No apa dang? Jin? Ambe kamania, Uang…”
“Aki, ngana yang so tamaso akang jing. Mo jelaskan nyanda’ momangarti lagi,” potong Inde’. “Abrasi datang dari ngana pangge…”
“Uang, capat ambe kamania biar kita somo suru pulang pa dia,” teriak Aki lagi. **