Rabu, 25 Agustus 2010

Kotamobagu Butuh Wisata Kuliner


Debi Kadengkang: Kotamobagu Butuh Wisata Kuliner

Kasubdin Pariwisata Kota Kotamobagu, Debi Kadengkang BSc
Ketika Kotamobagu hendak dimandirikan menjadi sebuah Kota, banyak yang pesimis mengingat keberadaan Kotamobagu yang dipelosok akan membuat daerah ini menjadi kota mati ketika dimandirikan. Kepesimisan ini sangat wajar mengingat perputaran ekonomi kebanyakan berada diwilayah yang menjadi sentral perhubungan. Namun pandangan ini ditolak oleh Kasubdin Pariwisata, Debi Kadengkang BSc.
“Kita tak usah bicara teori tapi melihat kenyataan saja dan mencontohnya. Misalnya Malang, Kota yang juga dipelosok dan hawanya persis sama dengan Kotamobagu tapi terbukti Malang adalah kota kedua terbesar di Jawa Timur. Karena itu, kita layak mencontohnya dan benar-benar mengaplikasikannya di Kotamobagu,” kata ibu yang pernah tinggal di Malang dan sampai saat ini masih memantau Malang melalui keluarganya yang berdiam di kota bunga itu.
Terkait tugasnya, mantan Lurah Sinindian ini mengatakan akan mengkonsep program sesuai komoditi pariwisata yang ada di Kotamobagu.
“Kita punya potensi yang cukup banyak. Untuk wisata alam sebenarnya kita punya air terjun di Kobo dan Mongkonai, air panas di Motoboi Kecil dan Gogagoman, dan lainnya. Kita juga sedang memikirkan pembangunan sarana penginapan yang layak yang kalau bisa kita suda punya hotel berbintang. Juga sarana hiburan akan kita lihat potensinya,” ujarnya.
Namun wanita yang selalu bicara blak-blakan ini mengakui bahwa mengembangkan semua itu tidak gampang. Selain mahal karena harus membebaskan lahan dan membiaya pembangunan yang cukup mahal, juga harus dikonsep dengan matang sehingga bisa saling menunjang dengan program instansi lain. Karena itu, menurutnya, kita melangkah pelan-pelan saja berdasarkan anggaran yang kita punya. Tapi dia berharap ada program yang berjalan. Dan dia melihat potensi yang lain, yaitu wisata kuliner yang bisa kita jadikan langkah awal.
“Wisata kuliner itu murah karena kita punya banyak kantin yang menjual aneka macam masakan, juga banyak yang punya gerobak dorong. Kemungkinan bekerjasama dengan pihak yang mensponsori juga terbuka. Kita tinggal menyediakan tempat serta mengatur jadwal kapan tempat wisatan kuliner ini dilakukan. Misalnya sehari perminggu, dihari Sabtu sampai malam atau sampai hari minggunya,” tukasnya.
Ibu Debi berharap melalui tabloid naton, program ini bisa di dukung.
“Banyak yang meremehkan program ini karena dipandang program yang terlampau sederhana tapi menurut saya sangat mengena. Selain kita bisa menambah PAD dari retribusi, program ini akan memberdayakan masyarakat serta bisa mempromosikan daerah kita sebagai salah satu dari daerah tujuan wisata kuliner di Indonesia,” harapnya. (Anuar Syukur)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar