Rabu, 25 Agustus 2010

Pemandangan dari TPA “Kobidu”


TPA Kobidu


Kobidu adalah kompleks persawahan dan perkebunan yang masih termasuk dalam wilayah desa Poyowa Kecil, Kotamobagu Selatan. Tempatnya tak jauh dari jalan Amurang-Kotamobagu-Doloduo (AKD). Awalnya hanya hijau-kuningnya padi serta pohon kelapa yang ditemukan di sini. Sekitar sepuluh tahun lalu, sampah mulai menghiasi tempat ini.
Tahun 2006 lalu, keber sampah belum terlalu kelihatan, papan penunjuk keberadaan tempat ini sebagai Tempat Pembuangan Akhir (TPA) belum ada karena waktu itu masih dikaji apakah Kobidu memang akan dijadikan TPA atau dingarai dekat desa Lobong, Bolaang Mongondow. Setelah hasil kajian menyimpulkan ngarai tak mungkin jadi TPA mengingat adanya sungai yang akan tercemar, akhirnya Kobidu resmi jadi TPA.
Pembuangan Sampah Sudah Meluber ke Jalan
Keberadaan Kobidu sebagai TPA memang tak langsung terlihat mengingat pengangkutan sampah rumah tangga (sampah domestik) belum di intensifkan saat itu. Ketika Kotamobagu mandiri menjadi Kota barulah pemanfaatan terlihat dan cukup intensif ketika Djelantik Mokodompit terpilih menjadi Walikota.
“Saat ini, kita memang rutin mengangkut sampah rumah tangga yang untuk dibuang di TPA setelah sebelumnya kebanyakan hanya sampah-sampah kegiatan. Untuk wilayah Kotamobagu Selatan, pengangkutannya dilakukan setiap minggu,” kata Anto Lomban, pegawai Dinas Kebersihan yang mengkoordinator pengangkutan sampah di Kotamobagu Selatan.
Masyarakat Bolaang Mongondow, termasuk Kota Kotamobagu sesungguhnya belum begitu mengenal sampahnya dibuangkan oleh pihak lain. Karena ada saja kisah ketika sampah rumah di kampung-kampung mulai diangkut.
“Petugas dilapangan sering mengeluh karena mereka terluka akibat sampah dari pecahan botol atau duri pohon salak yang ditebang. Ada juga warga yang membersihkan sampah dari lubang sampah yang telah dia buat. Karena itu kami sering sosialisasi ke masyarakat tentang pengangkutan sampah ini,” kata Anto.
Dari pantauan tabloid naton, tak hanya warga yang bermasalah melainkan manajemen pengelolaan sampah di TPA juga belum tertata. Ketika pewarta tabloid naton berkunjung ke TPA, sampah sudah mulai menggunung dan diletakan tidak teratur. Bahkan jalan ke TPA sudah dikotori sampah sehingga mengganggu pengguna jalan.
Om Yance didepan tempat tinggalnya di TPA Kobidu
Menurut Yance Laluyan, pria paru baya yang sudah sepuluh tahun menjadi penjaga TPA, ketersediaan alat menjadi kendala dalam pengelolaan sampah di TPA.
“Menurut prosedur, sampah basah yang bisa terurai ditanah diratakan kemudian ditimbun sedikit. Setelah itu diatasnya diletakan sampah baru. Namun kita belum punya alat untuk menggali tanah,” kata Opa Yance, demikian dia biasa disapa.
Soal sampah kering seperti plastic, botol, besi dan lainnya, dari pantauan tabloid naton sudah yang memulung. (Anuar Syukur)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar