Minggu, 22 Agustus 2010

Perjalanan Ke Tempat “Kinodungkulan”



Laporan Perjalan ke Bolsel
Salah satu desa nelayan di Bolsel

Sebelum Bolaang Mongondow memasuki masa Punu’, Bogani yang berdiam di Polian (sekarang wilayah perkebunan Motoboi Kecil) memerintahkan anaknya untuk berburu. Sang anak pun menyeberangi sungai, menelusuri pegunungan Sikala dan mendaki gunung dan akhirnya tembus ke pegunungan sebelah. Alangkah aneh hari itu, buruan tak ada yang nampak. Saat berada di daerah yang sekarang dikenal sebagai Dumagin, dia menemukan batu yang aneh dan dia memerintahkan agar batu itu dibawa. Mereka melanjutkan berburu namun bahkan saat tiba dipantai, dia tak bertemu hewan. Di salah satu tempat datar, batu itu dipecahkan karena sangat berat untuk dibawa-bawa, daerah ini sekarang disebut Pinolosian. Mereka pun kembali dengan hanya membawa batu itu. Setelah Bogani Polian melihat batu yang dibawa, diketahuilah bahwa batu itu mengandung emas. Para Bogani diinformasikan tentang keberadaan batu ini dan sejak saat itu dilakukanlah perburuan batu emas. Tak lama kemudian muncullah pertambangan di Tobongon, kemudian Lanut yang sekarang dikelola oleh Avocet Bolaang Mongondow.
Bakal Kantor Bupati Bolsel di Panango
Tempat ditemukannya batu emas itu untuk beberapa lama menghilang. Sekarang, Avocet Bolaang Mongondow ingin mengelolanya.
Kisah ini cukup menyemangati saya ketika diperintahkan ke sana walau tetap berpuasa. Sebenarnya jalan yang dilalui anaknya Bogani Polian ini sudah terbuka dengan dibuatnya jalan dari bakan melalui Tonsile yang akhirnya sampai di Bolaang Mongondow Selatan. Namun yang kudengar, jalan ini sangat susah karena selain menanjak yang membuat motor bututku akan menyerah, juga jalannya belum begitu bagus. Akhirnya, setelah dipikir-pikir, kulalui saja jalan biasa yaitu Dumoga-Molibagu-Pinolosian.
Setelah melewati kampung cokelat, Matayangan, Bolsel menyambut kami dengan gunung di kiri-kanan. Dari gunung muncul mata air besar. Menurut cerita nenek, di masa lalu di mana mereka hanya bisa jalan kaki, kalau mereka ke Molibagu atau ke Pinolosian, mereka akan istirahat digunung yang membatasi Bolaang Mongondow dan Bolaang Mongondow Selatan ini, tak jauh dari mata air. Di sana ada gubug yang bisa dipergunakaan untuk istirahat dan memasak. Saat ini, gubug-gubugnya memang sudah tak ada tapi mata airnya masih banyak. Andai tak puasa, ingin juga rasanya mencicipi langsung air sejuk dari pegunungan ini.
Di sepanjang jalan pegunungan ini, ada beberapa tempat yang longsor, bahkan longsorannya nyaris meruntuhkan jalan. Dibeberapa tempat, para pekerja sedang mengerjakan proyek tanggul untuk menahan erosi yang lebih besar.
Selepas pegunungan, hawa pantai molibagu yang panas menyapa membuat tenggorokan cepat kering rasanya. Karena sudah sepakat akan mampir ketika pulang, kamipun hanya melihat sekilas Molibagu, Ibu Kota Bolsel.
Pemandangan indah dengan pohon kelapa di pantai Bolsel
Perjalanan ke Pinolosian ternyata sama seperti perjalanan ke Bolaang Mongondow Timur (Boltim) dimana antar kampung masih diselingi hutan dan kebun. Jalan pun belum sebaik di seputar Molibagu. Kami masih bertemu jalan berlumpur longsoran kecil dari gunung.
Bolsel, terutama dari Molibagu ke Pinolosian memang mempunyai dataran yang kecil sehingga yang cukup berbahaya di musim penghujan. Beberapa tahun lalu, banjir banding di daerah ini menimbulkan kerugian materi yang cukup besar, bahkan ada nyawa yang menghilang.
Daerah ini sungguh indah, terutama pantainya. Setidaknya ada dua wisata pantai yang kami temukan yaitu, juga lautnya sangat kaya dan masyarakat nampaknya memanfaatkan karena disepanjang pantai terdapat perahu nelayan. Pohon kelapa memenuhi sepanjang jalan, juga buah-buahan terutama durian.
Jalan yang rusak saat di tanjakan Panango
Luar biasa, daerah kinodungkulan ini ternyata mempunyai banyak potensi. Di sepanjang jalan saja potensinya sudah terlihat, apalagi diwilayah pedalaman. Menurut penuturan warga, daerah ini punya air terjun, pelabuhan alam yang indah, beragam komoditi pertanian yang sukses, emas yang masih tersimpan di perut bumi dan lain sebagainya. Sesungguhnya saya ingin mengunjungi semua tapi keluh orang puasa ternyata ada juga. Di Pinolosian pun kami hanya sampai di Lungkap.
Bagian dari wisata pantai Modisi', Bolsel
Setelah menikmati alamnya serta berbincang dengan masyarakat yang ternyata banyak yang masih punya hubungan darah dengan kami, kami pun pulang. Kami mampir dulu di Molibagu. Selain melihat-lihat ibu kota kabupaten baru ini, kami juga membeli ikan di pasar ikan Molibagu. Sayang ikan tak begitu banyak, harganya agak mahal, Dompetku hanya mampu membeli untuk sekali sahur.
Oh ya, ada hal lain yang nyaris luput kutuliskan. Selain beraneka potensi, saat kami ke sana, daerah bekas kerajaan Bolaang Uki ini sedang menghadapi Pilkada putaran kedua. Beberapa warga berharap ada THR dari para kandidat. Tapi saya berharap yang terpilih adalah mereka yang tepat. Daerah ini punya potensi besar yang akan memakmurkan rakyat jika pemimpinnya bijak. Karena itu, rakyatlah yang merugi jika hanya menggadaikannya untuk THR yang hanya sekali. (Laporan Anuar Syukur)
Pantai Wisata Modisi', perpaduan wisata dan pelestarian bakau

2 komentar:

  1. Bolaang Mongondow Selatan memang punya potensi yang besar, tinggal tergantung pemimpinnya

    BalasHapus
  2. lain kali kalo jalan2 manggil2 ya pak..hehehe

    BalasHapus